Thursday, June 25, 2015

Hati-hati, Pencuri dan Penipu Beraksi di Bulan Ramadhan

Bulan ramadhan mestinya merupakan bulan yang mesti diisi dengan ibadah dan amal perbuatan yang positif. Karena, bulan ramadhan ini merupakan bulan latihan bagi peningkatan kualitas diri dalam berbagai aspek kehidupan, baik itu ibadah, kepribadian, dan sosial. Dengan anjuran untuk melatih diri melalui ibadah dan amal perbuatan yang baik, Allah berjanji akan memberikan limpahan pahala dan keberkahan kepada kita yang lebih dari bulan2 yang lainnya. Maka dari itu, ramadhan ini dikenal sebagai bulan panen dan bulan berkah.

Nah, ternyata, tak semua orang menerapkan anjuran untuk meningkatkan amal ibadah di bulan ramadhan ini. Justru ramadhan dimanfaatkannya sebagai ajang melakukan aksi-aksi tercela, seperti mencuri dan menipu.

Ini kejadian nyata.

Fakta pertama.
Malam kemarin, seusai shalat tarawih di Masjid Alumni IPB, saya berjumpa dengan teman yang ternyata shalat di belakang saya. Saya shalat di shaf pertama dan dia bertiga dengan temannya di shaf kedua. Jamaah wanita hanya ada dua shaf. Shaf kedua tidak penuh dan jamaah tidak merapatkan barisannya, sehingga di tengah-tengah shafnya kosong. Nah, shaf yang kosong inilah yang dimanfaatkan oleh seorang wanita mengenakan mukena atasan tanpa mukena bawahan, untuk berusaha mengambil tas teman saya. Padahal tas tersebut berada di depan teman saya, tepatnya di depan tempat sujud. Aksi ini terjadi di rakaat keenam shalat tarawih. Untungnya, teman saya menyadari keberadaan wanita pencuri tersebut sehingga saat sujud dia lebih mendekatkan kepalanya ke arah tasnya. Pencuripun segera kabur tanpa hasil. Alhamdulillah.

Fakta kedua.
Selain itu, teman saya juga bercerita tentang aksi penipuan yang menimpa teman di sebelahnya. Kejadiannya di Masjid Raya Bogor sekitar seminggu yang lalu. Pelakunya adalah seorang wanita yang mengaku bernama Veronika. Wanita tersebut mengaku seorang mualaf yang sedang dikejar-kejar pihak gereja. Karena itu, dia membutuhkan uang sebesar Rp.3jt untuk keperluannya, yang tidak jelas untuk apa. Temannya teman saya tersebut hampir saja termakan rayuan gombal Veronika yang bercerita dengan gaya memelas. Untung, dia akhirnya sadar bahwa yang dihadapinya adalah penipu. Ternyata, si Veronika ini juga beraksi ke Masjid Alumni IPB. Teman saya melihat Veronika ada di masjid tersebut.

Teman, ternyata...bulan puasa ini banyak orang yang tak hanya memanfaatkannya untuk mengejar pahala dengan berbagai amal kebaikan, namun juga ada yang memanfaatkannya dengan perbuatan-perbuatan tercela, yaitu mencuri dan menipu. Sungguh miris.

Sekarang, mari kita waspada, teman. Berhati-hatilah dengan orang asing yang tiba-tiba mendekati Anda dan meminta pertolongan. Modus penipuan dengan mengaku sebagai mualaf ini sudah beberapa kali ditemui teman-teman saya. Jadi, kita mesti berhati-hati. Kemudian, berhati-hati pula saat shalat tarawih di masjid. Hendaknya, jangan membawa uang dan atau barang berharga yang berlebihan. Kita tak pernah tau, jamaah di sebelah kita adalah benar-benar muslim atau tidak, dan benar-benar shalat atau tidak. So, selain berhati-hati, mari kita juga berdoa semoga kita dilindungi dari kejahatan orang lain dan kebodohan diri sendiri. Aamiin.




-------------------
Hutang ke-7 ODOP :)

Sunday, June 14, 2015

Semangat dalam Menghadapi Ramadhan

Alhamdulillah, hari ini saya bisa mengikuti kajian rutin Sukses Kaya Bahagia (SKB) dengan Asma'ul Husna bersama Ustadz Syafii Antonio di Masjid Andalusia, Tazkia, Sentul Bogor. Pembahasan kali ini mengenai sifat Allah Al Wakil.

Namun, karena bertepatan dengan momen menjelang Ramadhan, Ustadz Syafii Antonio tidak hanya membahas tentang Asmaul Husna tersebut, tapi juga membahas tentang persiapan ramadhan.

Nah, pada postingan kali ini, saya akan menuliskan apa yang telah disampaikam beliau mengenai persiapan ramadhan. Pembahasan mengenai Al Wakil akan saya tulis pada postingan berikutnya.

Ustadz Syafii Antonio mengatakan bahwa Ramadhan itu bulan berkah, baik buat umat islam maupun selain umat islam. Contohnya, saat ramadhan, umat islam berbondong-bondong beli syirup marjan. Menjelang lebaran rame-rame memborong roti kaleng Kong Guan. Nah, Anda tau syirup marjan dan Kong Guan itu milik siapa? Bukan punya kita (baca punya non muslim).

Ketika umat islam rame-rame memborong produk2 orang lain, yang notabene bukan orang islam, berarti kita telah memberikan keuntungan finansial kepada mereka. Mereka mendapatkan limpahan rejeki melalui perantara kita. Nah, apa bukan berkah namanya?

Sementara, bagi umat islam sendiri, sudah jelas ya bahwa ramadhan adalah bulan penuh berkah. Bulan penuh pengampunan. Bulan panen. Panen pahala atas semua ibadah dan amal baik yang kita kerjakan.

Makanya, umat islam wajib berpuasa di bulan ramadhan. Sebagaimana firman Allah dalam QS Albaqarah : 183.
"Hai orang-orang yg beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa"

Terkait dengan perintah berpuasa tersebut,  Ustadz Syafii Antonio menyampaikan tentang semangat dalam menghadapi bulan ramadhan.

Ada dua semangat yang harus kita bangun dalam menghadapi bulan ramadhan ini, yaitu :

1. Semangat Al -Imsak

Definisi shaum (puasa) adalah Al Imsyak alias menahan diri. Yakni, imsyak bagi :
*Mulut: imsyak dari makan minum
*Lisan : imsyak dari perkataan kotor
*Tangan : imsyak dari perbuatan tercela
*Kaki : imsyak ke t4 maksiat
*Fikiran : imsyak dari fikiran negatif
*Hati : imsyak dari niatan dan sangka buruk.

2. Semangat halal oriented

"Sekarang ini, apakah air minum aqua merk A, teh botol merk B, dan roti Merk C ini halal? " begitulah pertanyaan Ustadz Syafii mengawali penjelasannya mengenai semangat kedua dalam menghadapi puasa ini. Nah, setelah tiba waktunya kita berpuasa nanti, apa-apa yang halal ini akan menjadi haram jika kita makan di waktu kita sedang berpuasa. Begitu penjelasan beliau.

Jadi, makna dari semua ini adalah bahwa "apa-apa yang halal ini nanti Allah haramkan pada jam2 tertentu. Diharapkan nanti setelah lebaran kita bisa menjaga diri dari yg haram".
Inilah yang dimaksud dengan semangat halal oriented. Yaitu, setelah selesai ramadhan kita menjadi terbiasa untuk menjaga diri agar senantiasa hanya memakan atau melakukan sesuatu yang halal saja dan terhindar dari sesuatu yang haram.

Di indonesia, apakah ada hubungannya ramadhan dg korupsi, dengan kebocoran kas negara, dll? Jawabannya, tidak. Itu berarti bahwa, kita belum mampu menjadikan semangat ramadhan sebagai semangat al imsyak dan semangat halal oriented. Barangkali, baru sebatas dapat menjadikan semangat al imsyak bagi mulut dari makan dan minum saja. :)

Di penutup ceramahnya, Ustad Syafii mengajak kepada jamaah, "Mari jadikan ramadhan ini dengan semakin maraknya ibadah dan semakin maraknya ketakwaan kpd Allah"

Demikianlah catatan belajar saya hari ini. Semoga dapat menjadi pengingat bagi saya dan bermanfaat buat semua. Aamiin .


--------------
Alhamdulillah masih bisa memenuhi komitmen 30hari nonstop ngeblog melalui program ODOP.


Saturday, June 13, 2015

Hidup yang Stokastik

Hidup ini memang stokastik, selalu mengandung unsur peluang. Banyak hal yang tak direncanakan dapat saja terjadi.Tentu hal seperti ini bersifat acak. Seperti yang kualami hari ini. Tak terencana sebelumnya, aku akan bertemu adik perempuanku dan keponakanku yang lucu di sini, bukan di Bengkulu. Adikku pun, yang cupu dan lugu, belum pernah ke Jakarta, tak menyangka akan menginjakkan kaki di Pulau Jawa. Karena kehidupan yang probabilistik inilah, sekarang aku dapat menulis ini dengan duduk santai di Damri menuju Soekarno Hatta. Menjemput mereka. Orang-orang yang sangat kurindukan.

Semua ini tentu atas Kekuasaan dan Keagungan Allah. Di saat aku sedang merindukan keluarga, dan di saat adikku ingin mengunjungiku di sini, Allah menugaskan kakakku untuk dinas luar ke Surabaya. Berkat pengertian Allah jua, keponakanku yang lucu, di ajak ke Bogor, sampai Ibunya pulang. Betapa riangnya hatiku.

Kawan, dengan ketakpastian berbagai persitiwa ini, bukankah sudah selayaknya bahwa kita berada dalam posisi yang tak punya kuasa. Dan karena itulah, bukankah sudah sepatutnya kita senantiasa berhati-hati dan bersyukur. Kita wajib bersyukur karena seringkali kita diberi sesuatu yang melebihi perkiraan kita. Kita juga wajib berhati-hati, karena banyak hal dapat terjadi secara tak terencana. Termasuk kematian.

Kematian adalah hal yang pasti terjadi. Ini tentu deterministik. Peluangnya satu. Namun, waktu datangnya kematian, tentu bersifat acak, probabilistik. Tak ada yang tau kapan kita akan mengalami kematian ini. Oleh karenanya, sikap berhati-hati dan konsistensi rasa syukur perlu kita jaga. Agar, semoga, kita dapat menghadap Illahi dalam keadaan bersyukur.

Alhamdulillah sudah sampai bandara.

----------
Produk latihan untuk istiqomah menulis program ODOP hari ke-5. Sebuah catatam yang semoga dapat menjadi pengingatku saat aku khilaf.

Friday, June 12, 2015

Angkot Manis Berhiaskan Hello Kitty

Ini kisah cupu, sepele, dan sangat sederhana. Bagi banyak orang, mungkin sama sekali tak penting. Apalagi menarik. Jauuh...dari kesan menarik sama sekali. Namun, bagi saya ini pengalaman yang sangat bermakna. (Dalam bahasa statistikanya : sangat signifikan). 

Kemarin, paman datang...pamanku..dari desaa...dibawakannya rambutan pisang dan sayur mayur segala rupa.....
#eh eh.. kok malah nyanyi... hehehe.. ammpuuun. Maap... 
saya mau ngobrol serius nih sebenarnya..

Kemarin, saya berangkat ke kampus jam 8 pagi. Badan saya kurang begitu bergairah, kurang bugar, sehingga saya berjalan menuju jalan raya dengan energi yang pas-pasan. Saya tahu betul diri saya, saat saya kurang fit begini, saya tidak terlalu berambisi. Saya menjadi orang yang nerimo apa adanya, dalam hati "santai aja, ga perlu ngoyo-ngoyo", termasuk juga dalam upaya mencari kendaraan menuju ke kampus.

Jarak dari tempat tingal saya ke kampus Baranangsiang tidaklah jauh. Tinggal ngesot saja sebenarnya sampai. Namun, sudah menjadi kebiasaan dalam diri, ke kampus kalau sendiri tak mau jalan kaki. Sudah puas dulu waktu kecil ke sekolah jalan kaki 7 kilometer. Sekarang, mencoba mengalami kehidupan yang berbeda, yaitu naik angkot.

Nah, ini nih inti ceritanya...

Saya perlu angkot 01 untuk sampai ke kampus. Dengan tenang saya tunggu angkot hijau kombinasi biru dongker di bagian bawahnya itu. Semenit berdiri, lewatlah angkot 03. "Bukan" otak saya memberitau. 2 menit berdiri lewatlah angkot 06, trus 09, dan 11. "Bukan" otak saya bicara lagi. 

Akhirnya, nongol juga angkot 01. Tapi, di depannya ada angkot 03. Biasalah angkot Bogor, suka merayu rayu, orang tidak ingin naik, di hampirinya. Walhasil, angkot 01 yang kunanti2 terhalang oleh 03 yang tak kuinginkan ini. Dikiranya saya mau naik 03, makanya sopir 01 berlalu. "Sudah, bukan rejeki" otak saya menasehati. 

Saya sabar menunggu. Alhamdulillah, setelah beberapa angkot tak diinginkan lewat, nampak juga dari kejauhan ciri2 angkot yang  saya tunggu2. Tapi, kok bodynya kurang meyakinkan. Saya jadi gamang ingin menyetop. Jelaslah, dia berlalu tanpa peduli padaku.

"Ah, ga papa. Bukan jodoh namanya. Nanti juga ada yang lewat lagi" Otakku menenangkan.

Benar sekali, di belakang 03, dan 06, ada lagi 01. Tapi ya itu, terhadang lagi oleh 03 yang mencoba merayuku lagi. Seperti tadi, dua buah 01 lewat di samping 03 yang sedang merayu-rayu, dan berharap di belakang saya ada penumpang yang mau naik.

"Biarlah dia lewat, Santai aja... nanti juga ada lagi yang datang" Otakku meyakinkan.

Aku menoleh ke arah pertigaan jalan raya yang dekat dengan Tugu Kujang. "Sebenarnya, ga terlalu jauh. Kalau jalan kaki, mungkin bisa lebih cepat sampai" Saya membatin.

"Tapi biarlah. Tunggu saja..." hati saya membatin lagi.

Saya sungguh tak memiliki banyak energi untuk bergeser dari tempat berdiri. Dengan teguh pendirian, saya akan tetap menunggu angkot 01, sampai kapanpun. Pantang menyerah, karena sudah terlanjur memulai. Kalau mau jalan kaki, mestinya sejak tadi. 

Disitulah saya merasa pasrah dan yakin. Biarlah saya ditinggal angkot2 01 yang sejak tadi saya tunggu2. Saya yakin, nanti akan ada lagi.

Dan benar. Alhamdulillahirobbil 'alaamiin.
Angkot 01 pujaan hati datang lagi. Dan, taraaaa.....
Subhanallah, bagiku ini benar2 nikmat yang luar biasa....

ANGKOTNYA CANTIK SEKALI, DI DALAMNYA DIHIAS DENGAN HORDENG KECIL-KECIL BERGAMBAR HELLO KITTY.

Saya tersenyum sendiri. Dalam hati, senyumku sumringah sekali. Hati ini rasanya berbunga-bunga, bagaikan disiram bunga tujuh rupa! (Tapi saya tidak tertawa sendirian lho)

Hati saya berkata, "Inilah buah dari kesabaran, kepasrahan, dan keyakinan."

Saya penggemar hello kitty. Hello kitty sangat berarti bagi saya. Cantik, manis, lembut, dan ceria. Dari gambarnya terpancarkan ketulusan hati dan kehangatan. Itulah setidaknya alasan saya menyukai hello kitty. Dan saya yakin, Allah tau bahwa saya menyukai tokoh kartun yang sama banyak orang dikira kucing ini. 

Dan, saat Allah menghadirkan angkot hello kitty yang tak ada penumpangnya sama sekali, hanya saya lah satu-satunya penumpang saat itu, rasa syukur tak terhingga rasanya. Gembira tak terperi. 

Mungkin saudara-saudara yang membaca tulisan ini menganggap saya lebay.  Tapi, sungguh, saya begitu senang pagi itu. Rasa lemas tal berdaya yang saya rasakan, langsung hilang. Saya berenergi lagi. Hehe..
Aneh bukan? Ga nyangka bakalan diberi kesempatan naik angkot yang cantik di dalamnya pake hordeng, terlihat bersih, dan bergambar hello kitty pula! Selama ini, saya belum pernah nemuin angkot yang begini. Setelah di rumah sepulang dari kampus, saya berfikir, itu angkot beneran atau bukan, ya?! 

Bagi saya, untuk bersyukur itu sangatlah sederhana. Untuk merasa senang juga begitu sederhana. Sebuah hello kitty, sudah cukup membuat saya merasa sangat berterimakasih pagi itu pada Sang Maha Kuasa.

Saya berfikir sepanjang jalan. Bagi saya, kejadian ini sangat filosofis. Dalem..maknanya,

"Saat kita menantikan sesuatu, selagi yang kita nantikan itu suatu kebaikan, maka bersabarlah, tenanglah, istiqomahlah, pasrahlah, dan yakinlah. InsyaAllah, Allah akan membuat penantianmu berakhir dengan kegembiraan yaitu berupa pemberian sesuatu yang hebat di luar dugaanmu. Karena, Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Maha Penyayang"

Itulah filosofi dari kejadian Angkot Manis Berhiaskan Hello Kitty yang saya alami kemarin pagi.


-----------------
Tulisan ini adalah produk latihan untuk komitmen menjalankan program ODOp hari ke-4 bagi saya. Ini hanyalah sebuah catatan, yang dapat menjadi jejak sejarah bahwa saya pernah ada. Semoga bermanfaat.

Wednesday, June 10, 2015

Kebersihan yang Membahagiakan

Tulisan ini terinspirasi dari suatu seminar. Selasa, 19 Juni saya bertugas menjadi moderator seminar hasil penelitian mahasiswa S1. Agenda seminar terbagi menjadi tiga, presentasi dari pemrasaran, diskusi dengan pembahas dan audien, dan ulasan dari pembimbing. Nah, di sesi terakhir seminar hari itu, sang Pembimbing adalah Komdik (Komisi Pendidikan). Biasalah, karena selain pembimbing dia juga seorang Komdik, maka sebelum memberikan ulasan atas penelitian mahasiswanya ini, Beliau menyampaikan beberapa pesan sekaligus.  Salah satu yang di sampaikannya adalah tentang kebersihan.

Kenapa menyinggung-nyinggung masalah kebersihan di acara seminar tugas akhir begini? Hemm...usut punya usut, ternyata Beliau kadang-kadang menjumpai ruangan seminar terlihat kotor. Semua ini disinyalir karena setelah seminar biasanya mahasiswa bagi-bagi sembako (eh berpesta kecil-kecilan) dengan teman-temannya, dan setelah itu lupa atau tak sempat membersihkannya (tak sempat atau tak sadar kalau harus membersihkan?).

Nah, saya pun menjadi tergugah dengan peringatan beliau. "Sepertinya, kalimat 'kebersihan sebagian dari iman' bukan hanya sebatas slogan saja, tapi harus kita terapkan" begitulah beliau mengawali pembicaraannya. Kemudian ditutup dengan kalimat yang sungguh mengetuk jendela hati (bagi yang hatinya ada jendela), "Jagalah kebersihan selagi Anda masih memiliki iman di dada." Deg! Klo telinganya mendengar dan hatinya peka, mestinya terketuk banget tuh hati.

Dari sinilah saya akhirnya berfikir. Benar juga, kadang-kadang kita tak menyadari bahwa kita masih saja mengabaikan kebersihan tempat umum dengan cara membuang sampah sembarangan atau tak terfikir untuk membersihkan tempat yang baru saja kita kotori. Padahal, kebersihan ini sangatlah penting.

Bersih adalah pangkal dari sehat. Sementara sehat merupakan salah satu faktor penentu kebahagiaan. Iya ga? Mestinya iya. Karena, sakit merupakan salah satu penghantar menuju penderitaan. Dan jika mengalami penderitaan, maka otomatis kebahagiaannya akan tereduksi. Adakah diantara teman-teman yang kalau sedang sakit tidak menderita? Kalau jujur, pastinya iya. Meskipun kadar kemenderitaannya berbeda-beda. Tergantung kesabaran dan keuangan :)

Kira-kira kalau dibuat alur seperti ini :

Bersih->sehat->senang->bahagia         vs        Kotor->sakit->menderita->tidak bahagia.

Siapa sih orang yang senang sakit? Sekuat-kuatnya kita, tetap saja lebih senang sehat daripada sakit. Karena, sehat itu membuat hidup kita lebih optimal. Sedangkan kalau kita sakit, akan memiliki hambatan yang signifikan dalam optimalisasi keberfungsian kita dalam kehidupan.Iya ga? Makanya, sehat itu sangat penting. Bukan hanya fisik saja yang harus sehat, tapi juga fikiran, mental, dan spiritual kita harus sehat. Namanya sehat jiwa raga. Jika jiwa raga kita sehat, kita dapat optimal bekerja dan semoga juga dapat optimal dalam menjalani hidup. Nah, kehidupan yang berjalan optimal tentu akan membawa kebahagiaan tersendiri bagi batin kita bukan?

Oleh karena itu, menjaga kebersihan adalah salah satu upaya dalam meraih kebahagiaan. Tentu, kebersihan yang dimaksud bukan hanya kebersihan secara fisik, atau yang nampak di mata. Namun juga, kebersihan fikiran dan hati. Kesehatan jiwa raga yang saya sebutkan tadi, yakni kesehatan fisik, fikiran, mental, dan spiritual, adalah buah dari kebersihan fisik(lahir), fikiran, dan hati. Hal ini tentu tak terlepas dari anjuran Illahi atau sabda Nabi yang tertuang dalam beberapa teorema religi.

"...sungguh,, Allah menyukai orang2 yang bertaubat dan yang menyucikan/membersihkan  diri" (Al Baqoroh : 222).

Tuh kan? Allah telah mengatakan bahwa Dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri. Berarti, yang tidak membersihkan diri kurang Dia sukai ya. Nah, mau pilih yang mana? Ingin disukai Allah atau tidak? Kalo ingin disukai Allah, maka kita harus membersihkan diri atau menjaga kebersihan. Kebersihan yang dimaksud tentunya bukan sekedar kebersihan fisik (lahir), namun juga kebersihan batin (bersih fikiran dan hati) alias kebersihan jiwa sebagaimana saya sebutkan di atas.

Kemudian, Rasulullah Muhammad SAW telah bersabda, “Sesungguhnya Allah itu baik, mencintai kebaikan, bahwasanya Allah itu bersih, menyukai kebersihan, Dia Maha Mulia yang menyukai kemuliaan, Dia Maha Indah menyukai keindahan, karena itu bersihkan tempat-tempatmu”. (HR. Turmudzi).

Nah tu, Allah menyukai kebersihan kan? Jadi, Allah itu suka pada kebersihan dan suka pada orang-orang yang menjaga kebersihan. Mau ga di sukai Allah?

Terkait masalah kesehatan sendiri,  Rasulullah juga telah memberi peringatan, "Dua kenikmatan yang membuat orang menjadi rugi, yaitu kesehatan dan waktu luang" (HR Bukhari).

Nah lo, kesehatan bisa bikin orang rugi tuh. Ya itu, jika kita tidak menjaganya. Hilanglah kenikmatan jika kita sedang tidak sehat. Banyak contohnya, ga bisa merasakan nikmatnya makan kalau sedang sakit, tak bisa menikmati enaknya bepergian jika kita sakit, ga bisa menikmati ibadah, de el el. Apa ga rugi namanya kalo kita kehilangan kenikmatan-kenikmatan tersebut?

Itu baru sakit fisik, teman. Gimana kalo sakit non fisik ( hati atau jiwa) nya? Waah, tentu akan lebih menderita lagi ya? Akan hilanglah banyak kenikmatan yang seharusnya kita dapatkan. 

So, mari kita sama-sama menjaga kebersihan jiwa dan raga serta lingkungan, agar hidup kita sehat dan dapat meraih kebahagiaan. Bukankah kebahagiaan adalah hal yang sangat didamba oleh semua orang?

Membiasakan hidup bersih jiwa raga serta menjaga kebersihan lingkungan memang perlu latihan. Nah, berhubung sebentar lagi mau ramadhan, yuuk kita latih diri agar dapat membiasakan hidup bersih jiwa raga. Kebersihan jiwa raga inilah yang dimaksud dengan 'kebersihan yang membahagiakan'. Betul tidak? :)


----------------------------
Tulisan ini adalah produk latihan dalam komintmen terhadap program ODOP hari ke-3 bagi saya. Ditulis saat  malam-malam saya keletihan, mau kerja tidak fokus, dan mau tidur masih terlalu sore. Alhamdulillah bisa produktif dalam kegalauan. :)

Tuesday, June 9, 2015

Ketulusan yang Menguntungkan

Mendengar kata "tulus" rasanya adem banget di hati. Coba aja bandingkan rasanya saat Anda mendengar kata "kecewa", "menyesal", "benci", dan sejenisnya. Jangankan mengucapkan atau merasakannya, mendengarkannya saja rasanya ga enak. Kenapa bisa demikian?

Konon kabarnya, kata2 positif atau yang baik2 dapat memberikan efek positif bagi yang mengucapkan ataupun yang mendengarkannya. Makanya, kita dilarang mengucapkan kata2 negatif kepada anak2, misalnya, "kamu bodoh", "kamu nakal", "kamu bandel", dan sejenisnya. Lihat saja, seorang anak yang sering mendapatkan atau mendengarkan kata-kata negatif dari orangtua, guru, atau orang-orang dilingkungan sekitarnya. Dia akan tumbuh dengan mental yang kurang sehat. Mereka bisa menjadi nakal, bandel, bodoh beneran,,,atau juga dapat menjadi anak yang minder. Wal hasil, kalimat yang dipopulerkan dalam sebuah lagu dangdut ini, "aku mah apa ateuh" seperti telah ter-stempel di benak anak tersebut. So, keluarkanlah hanya kata-kata yang baik2 saja kepada anak-anak, agar anak dapat tumbuh dengan positif dalam perkembangannya. Terhadap orang yang sudah tidak anak2 lagi pun sebaiknya kita hanya mengeluarkan kata2 yang baik juga.

Nah, kembali lagi ke persoalan ketulusan. Tulus adalah salah satu sikap yang mulia. Sikap ini dapat melahirkan energi positif dan ketenangan dalam diri orang yang melakukannya. Kenapa?

Saat kita tulus, saat itulah kita melakukan sesuatu tanpa mengharapkan sesuatu yang lainnya. Dalam bahasa agamanya, barangkali inilah yg dinamakan "Lillahita'ala", mengerjakan sesuatu karena Allah.

Jika kita melakukan sesuatu karena Allah, maka tak akan ada lagi hal-hal yang dapat merusak kesenangan menjalankannya. Seperti apa contohnya? Misal, diminta teman untuk membantu menyelesaikan kesulitannya. Klo kita melakukannya dg tulus, rasanya dengan senang hati kan kita melaksanakannya? Nah, jika kita melaksanakan dengan senang hati, rasa bahagia akan mengalir dari mata hati yang terdalam. Contoh lain misalnya, orang tua meminta kita untuk melakukan ini itu. Jika kita lakukan dengan tidak tulus, tentu yang ada hanya perasaan berat dan tak enak dalam melakukannya. Coba jika dilakukan dengan tulus, hati kita akan merasa senang dan tenang, akibatnya pun orang tua menjadi bahagia.

Contoh lain misalnya, saat Anda berbuat baik pada orang lain, katakanlah teman Anda. Anda barangkali membantunya, selalu ada saat dibutuhkannya, menyapanya terlebih dahulu, atau mengingatkannya akan kebaikan-kebaikan. Jika semua itu Anda lakukan dengan hati yang tulus, maka tak akan ada pengaruhnya ke diri Anda apapun responnya. Apakah dia membalas dengan kebaikan juga, atau sebaliknya. Jika misalnya Anda membantunya, tapi dia tidak bisa membantu Anda saat Anda membutuhkan, tentu Anda tidak akan kecewa. Jika Anda terlebih dahulu menyapanya lewat sms, namun tidak dibalasnya, tentu tidak akan masalah. Yang penting, Anda telah berbuat baik. Biarkan Allah yang membalas kebaikan Anda. Dan kalo yang membalas kebaikan Anda itu adalah Allah, sudah pasti balasannya tak akan tanggung-tanggung. Sempuna!

Itulah pula kenapa Allah mengajari kita untuk lebih baik memberi daripada menerima. Yang populer dikenal dengan istilah 'lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah'. Ya itu, karena Allah yang akan membalasnya dengan sempurna.

Kemudian, jika kita melakukan sesuatu dengan tulus, insyaallah Allah akan sayang pada kita. Jika Allah sayang pada kita, maka hati kita akan diliputi oleh rasa bahagia yang tak terkira. Itulah kenapa, ketulusan akan berbuah kebahagiaan. Makanya, mendengar kata "tulus" pun kita sudah dapat merasakan kebahagiaan itu. Karena, itu adalah kata-kata indah yang merupakan salah satu sifat Allah. Iya, ga?

Lebih lanjut, dalam konteks per'cintaan' misalnya, contoh yang sangat banyak kita temui baik di televisi maupun pengalaman para pribadi. Manakah yang lebih enak di dengar dan dirasakan dari kalimat-kalimat berikut.
1. Aku mencintaimu dengan tulus.
2. Aku sungguh tulus mencintaimu.
3. Aku mencintaimu karena Allah (#ini versi religi nya ^^)
4. Aku mencintaimu karena kamu cantik
5. Aku mencintaimu karena kamu pintar
6. Aku mencintaimu karena kamu super
7. Aku mencintaimu karena kamulah yang dapat mengimbangi pikiranku.
8. Aku mencintamu karena a b c d e f g...and so on.
:)

Teman, jujurlah...
Mana yang lebih enak didengar dari ke delapan kalimat tersebut?

Baiklah, sebelum di jawab, mari kita analisa dulu.

Nomor 4. Bisa disangkal dengan kalimat "Kalo ada yg lebih cantik?" Atau " Kalau sudah tidak cantik lagi?"

Nomor 5 dan 6. Juga bisa disangkal seperti nomor 4, "Kalo ada yang lebih pintar dan lebih super?" #Kamu ga akan mencintai aku lagi kah?

Begitu juga nomor 7 dan 8. Semuanya bisa disangkal. Dan jelas saja, jika seorang pria berkata begitu kepada wanita, dan wanitanya mempertanyakan balik seperti tersebut, itu mengindikasikan bahwa sang wanita meragukan penyataan sang pria. Dan, jika sang wanita ragu, tentu hatinya tidak tenang. Jika hatinya tidak tenang, berarti pertanda bahwa dia tidak bahagia. Jadi kesimpulannya, uangkapan cinta yang tidak dilandasi ketulusan akan membuat hati yang menerimanya tidak bahagia. Ini sudah seperti hukum Silogisme dalam logika matematika.

Lalu, bagaimana dengan nomor 1, 2, dan 3?

Menurut saya, itu kalimat yang senada. Kalimat seperti inilah yang jika disampaikan dengan sepenuh hati, akan membuat hati orang yang mendengarkannya merasa senang dan tenang. Setidaknya merasa tenang dulu saat mendengarkannya, terlepas fakta selanjutnya akan bener2 tenang atau tidak, tergantung situasi berikutnya. Tapi oke, saya bukan sedang membahas masalah percintaan di sini. Ini hanya ilustrasi dari sebuah ketulusan.

Nah, jelas kan bahwa ketulusan itu akan berbuah pada ketenangan dan kesenangan? Senang dan tenang inilah yang namanya bahagia. Dan bahagia adalah suatu perasaan yang didamba oleh setiap manusia. Tak peduli orang itu baik atau tidak, jahat atau mulia, jelek atau bagus, de el el.

Kebahagiaan yang ditimbulkan akibat ketulusan hati kita dalam menjalani berbagai hal merupakan sebuah keuntungan. Yap, ini adalah keuntungan. Bagaimana tidak? Kita melakukan sesuatu yang tidak seberapa untuk orang lain, tapi dibalas Allah dengan sempurna. Jelas-jelas untung lah. Mana ada di dunia ini balasan dari makhluk yang sesempurna balasan dari Allah,,,? Hemm..rasanya peluangnya sangat kecil, bahkan mendekati nol. Karena, kesempurnaan Allah dalam membalas setiap makhluknya tak ada tandingannya.

Jadi, dapatlah kita simpulkan bahwa ketulusan akan membawa keuntungan buat kita. Betul tidak? #Gaya Aa' Gym ceramah.

Tak dapat dipungkiri, menjadi orang berhati tulus tak semudah mengucapkannya. Perlu latihan yang kontinu dan konsisten. So,., yuuk..kita sama-sama melatih ketulusan hati kita. Agar hati kita dapat senantisa tersenyum, dan aura kita memancarkan sebuah kebahagiaan yang dalam, yaitu kebahagiaan yang bersumber dari kasih sayang Allah.

Sebentar lagi ramadhan, kan? Konon kata Pak Kyiai, bulan Ramadhan adalah bulan dimana kita diberi kesempatan untuk melatih diri, yakni dengan berpuasa. Semoga, ramadhan kali ini berhasil menjadi moment peningkatan ketulusan hati kita, moment untuk meraih keuntungan hakiki sebanyak-banyaknya. Aamiin.

****
Tulisan ini produk latihan komitmen terhadap program ODOP untuk hari ke-2. Di tulis di dalam bis saat pulang dari kampus dramaga, Selasa, 9 Juni 2015 dan dilanjutkan setibanya di rumah. Alhamdulillah..bisa produktif di perjalanan. :)

One Day One Post (ODOP)

Waah... maaf ini kalo tulisan saya ga  jelas dan agak alay. Saya terpaksa nulis ini karena tersentuh hati oleh rayuan Ketua FLP Bogor kepada semua anggota grup WA untuk bergabung dengan program One Day One Post (ODOP). Ini tantangan buat yang mau berkomitmen untuk meluangkan waktu menulis dan posting di blognya masing-masing. Awalnya saya belum tergerak, mengingat hutang saya menulis modul belum selesai. Namun, setelah saya pikir-pikir, masih juga ada slot waktu yang sebenarnya bisa dimanfaatkan. Misalnya, di bis atau saat sedang menunggu.

Seperti pagi ini, di bis menuju kampus dramaga saya dapat ilham berupa sebuah ide. Langsung saya buka netbook usang saya, dan langsung saya tulis apa yang mengalir di kepala. Alhamdulillah, sudah setengah selesai. Saya akan lanjutkan tulisan tersebut saat waktunya tepat. Karena, tadi keburu sampai kampus sebelum tulisannya selesai.

Nah, melihat Sang Ketua woro-woro lagi di grup, hati saya tergugah. Apalagi, katanya boleh posting tulisan apa saja, minimal satu paragraf. Awalnya saya mikir-mikir, kalo sy posting apa saja, apa ga malahan bikin malu?

Akhirnya, saya dapat hidayah. Setiap hari saya menemui banyak hal, merasakan banyak hal, memikirkan banyak hal. So.. kenapa tidak saya catat di rumah maya saya aja (baca : blog). Walaupun ga berguna buat orang lain, setidaknya saya telah menyalurkan pikiran saya ke tempat yang benar. Ini rumah saya sendiri kok, ya terserah saya, saya mau apain. Iya ga? Makanya, saya putuskan untuk ikut memulai program ODOP sejak hari ini. Saya akan posting setiap hari. Dan tentunya, saya tidak akan memposting, kecuali tulisan yang wajar dipublikasikan. Hehe..#takut Allah marah klo posting hal2 yang ga diridhoinya. Semoga Allah ridho dengan postingan ini.
Bagaimana menurut Anda, teman?

*note
Ternyata benar, nulis kayak begini ga sampe 20 menit kok. Sambil nunggu giliran jadi moderator seminar, akhirnya saya bisa posting. Sudah sebulanan saya mengabaikan rumah maya tercinta ini. Rumah tuanputrie. Hehehe.

Maaf ya pembaca, jika agak alay...
:) :)