Tuesday, June 9, 2015

Ketulusan yang Menguntungkan

Mendengar kata "tulus" rasanya adem banget di hati. Coba aja bandingkan rasanya saat Anda mendengar kata "kecewa", "menyesal", "benci", dan sejenisnya. Jangankan mengucapkan atau merasakannya, mendengarkannya saja rasanya ga enak. Kenapa bisa demikian?

Konon kabarnya, kata2 positif atau yang baik2 dapat memberikan efek positif bagi yang mengucapkan ataupun yang mendengarkannya. Makanya, kita dilarang mengucapkan kata2 negatif kepada anak2, misalnya, "kamu bodoh", "kamu nakal", "kamu bandel", dan sejenisnya. Lihat saja, seorang anak yang sering mendapatkan atau mendengarkan kata-kata negatif dari orangtua, guru, atau orang-orang dilingkungan sekitarnya. Dia akan tumbuh dengan mental yang kurang sehat. Mereka bisa menjadi nakal, bandel, bodoh beneran,,,atau juga dapat menjadi anak yang minder. Wal hasil, kalimat yang dipopulerkan dalam sebuah lagu dangdut ini, "aku mah apa ateuh" seperti telah ter-stempel di benak anak tersebut. So, keluarkanlah hanya kata-kata yang baik2 saja kepada anak-anak, agar anak dapat tumbuh dengan positif dalam perkembangannya. Terhadap orang yang sudah tidak anak2 lagi pun sebaiknya kita hanya mengeluarkan kata2 yang baik juga.

Nah, kembali lagi ke persoalan ketulusan. Tulus adalah salah satu sikap yang mulia. Sikap ini dapat melahirkan energi positif dan ketenangan dalam diri orang yang melakukannya. Kenapa?

Saat kita tulus, saat itulah kita melakukan sesuatu tanpa mengharapkan sesuatu yang lainnya. Dalam bahasa agamanya, barangkali inilah yg dinamakan "Lillahita'ala", mengerjakan sesuatu karena Allah.

Jika kita melakukan sesuatu karena Allah, maka tak akan ada lagi hal-hal yang dapat merusak kesenangan menjalankannya. Seperti apa contohnya? Misal, diminta teman untuk membantu menyelesaikan kesulitannya. Klo kita melakukannya dg tulus, rasanya dengan senang hati kan kita melaksanakannya? Nah, jika kita melaksanakan dengan senang hati, rasa bahagia akan mengalir dari mata hati yang terdalam. Contoh lain misalnya, orang tua meminta kita untuk melakukan ini itu. Jika kita lakukan dengan tidak tulus, tentu yang ada hanya perasaan berat dan tak enak dalam melakukannya. Coba jika dilakukan dengan tulus, hati kita akan merasa senang dan tenang, akibatnya pun orang tua menjadi bahagia.

Contoh lain misalnya, saat Anda berbuat baik pada orang lain, katakanlah teman Anda. Anda barangkali membantunya, selalu ada saat dibutuhkannya, menyapanya terlebih dahulu, atau mengingatkannya akan kebaikan-kebaikan. Jika semua itu Anda lakukan dengan hati yang tulus, maka tak akan ada pengaruhnya ke diri Anda apapun responnya. Apakah dia membalas dengan kebaikan juga, atau sebaliknya. Jika misalnya Anda membantunya, tapi dia tidak bisa membantu Anda saat Anda membutuhkan, tentu Anda tidak akan kecewa. Jika Anda terlebih dahulu menyapanya lewat sms, namun tidak dibalasnya, tentu tidak akan masalah. Yang penting, Anda telah berbuat baik. Biarkan Allah yang membalas kebaikan Anda. Dan kalo yang membalas kebaikan Anda itu adalah Allah, sudah pasti balasannya tak akan tanggung-tanggung. Sempuna!

Itulah pula kenapa Allah mengajari kita untuk lebih baik memberi daripada menerima. Yang populer dikenal dengan istilah 'lebih baik tangan di atas daripada tangan di bawah'. Ya itu, karena Allah yang akan membalasnya dengan sempurna.

Kemudian, jika kita melakukan sesuatu dengan tulus, insyaallah Allah akan sayang pada kita. Jika Allah sayang pada kita, maka hati kita akan diliputi oleh rasa bahagia yang tak terkira. Itulah kenapa, ketulusan akan berbuah kebahagiaan. Makanya, mendengar kata "tulus" pun kita sudah dapat merasakan kebahagiaan itu. Karena, itu adalah kata-kata indah yang merupakan salah satu sifat Allah. Iya, ga?

Lebih lanjut, dalam konteks per'cintaan' misalnya, contoh yang sangat banyak kita temui baik di televisi maupun pengalaman para pribadi. Manakah yang lebih enak di dengar dan dirasakan dari kalimat-kalimat berikut.
1. Aku mencintaimu dengan tulus.
2. Aku sungguh tulus mencintaimu.
3. Aku mencintaimu karena Allah (#ini versi religi nya ^^)
4. Aku mencintaimu karena kamu cantik
5. Aku mencintaimu karena kamu pintar
6. Aku mencintaimu karena kamu super
7. Aku mencintaimu karena kamulah yang dapat mengimbangi pikiranku.
8. Aku mencintamu karena a b c d e f g...and so on.
:)

Teman, jujurlah...
Mana yang lebih enak didengar dari ke delapan kalimat tersebut?

Baiklah, sebelum di jawab, mari kita analisa dulu.

Nomor 4. Bisa disangkal dengan kalimat "Kalo ada yg lebih cantik?" Atau " Kalau sudah tidak cantik lagi?"

Nomor 5 dan 6. Juga bisa disangkal seperti nomor 4, "Kalo ada yang lebih pintar dan lebih super?" #Kamu ga akan mencintai aku lagi kah?

Begitu juga nomor 7 dan 8. Semuanya bisa disangkal. Dan jelas saja, jika seorang pria berkata begitu kepada wanita, dan wanitanya mempertanyakan balik seperti tersebut, itu mengindikasikan bahwa sang wanita meragukan penyataan sang pria. Dan, jika sang wanita ragu, tentu hatinya tidak tenang. Jika hatinya tidak tenang, berarti pertanda bahwa dia tidak bahagia. Jadi kesimpulannya, uangkapan cinta yang tidak dilandasi ketulusan akan membuat hati yang menerimanya tidak bahagia. Ini sudah seperti hukum Silogisme dalam logika matematika.

Lalu, bagaimana dengan nomor 1, 2, dan 3?

Menurut saya, itu kalimat yang senada. Kalimat seperti inilah yang jika disampaikan dengan sepenuh hati, akan membuat hati orang yang mendengarkannya merasa senang dan tenang. Setidaknya merasa tenang dulu saat mendengarkannya, terlepas fakta selanjutnya akan bener2 tenang atau tidak, tergantung situasi berikutnya. Tapi oke, saya bukan sedang membahas masalah percintaan di sini. Ini hanya ilustrasi dari sebuah ketulusan.

Nah, jelas kan bahwa ketulusan itu akan berbuah pada ketenangan dan kesenangan? Senang dan tenang inilah yang namanya bahagia. Dan bahagia adalah suatu perasaan yang didamba oleh setiap manusia. Tak peduli orang itu baik atau tidak, jahat atau mulia, jelek atau bagus, de el el.

Kebahagiaan yang ditimbulkan akibat ketulusan hati kita dalam menjalani berbagai hal merupakan sebuah keuntungan. Yap, ini adalah keuntungan. Bagaimana tidak? Kita melakukan sesuatu yang tidak seberapa untuk orang lain, tapi dibalas Allah dengan sempurna. Jelas-jelas untung lah. Mana ada di dunia ini balasan dari makhluk yang sesempurna balasan dari Allah,,,? Hemm..rasanya peluangnya sangat kecil, bahkan mendekati nol. Karena, kesempurnaan Allah dalam membalas setiap makhluknya tak ada tandingannya.

Jadi, dapatlah kita simpulkan bahwa ketulusan akan membawa keuntungan buat kita. Betul tidak? #Gaya Aa' Gym ceramah.

Tak dapat dipungkiri, menjadi orang berhati tulus tak semudah mengucapkannya. Perlu latihan yang kontinu dan konsisten. So,., yuuk..kita sama-sama melatih ketulusan hati kita. Agar hati kita dapat senantisa tersenyum, dan aura kita memancarkan sebuah kebahagiaan yang dalam, yaitu kebahagiaan yang bersumber dari kasih sayang Allah.

Sebentar lagi ramadhan, kan? Konon kata Pak Kyiai, bulan Ramadhan adalah bulan dimana kita diberi kesempatan untuk melatih diri, yakni dengan berpuasa. Semoga, ramadhan kali ini berhasil menjadi moment peningkatan ketulusan hati kita, moment untuk meraih keuntungan hakiki sebanyak-banyaknya. Aamiin.

****
Tulisan ini produk latihan komitmen terhadap program ODOP untuk hari ke-2. Di tulis di dalam bis saat pulang dari kampus dramaga, Selasa, 9 Juni 2015 dan dilanjutkan setibanya di rumah. Alhamdulillah..bisa produktif di perjalanan. :)

No comments:

Post a Comment