Thursday, September 24, 2015

Memaknai Idul Adha untuk Perbaikan Diri

Idul Adha telah tiba! Hari ini, 24 September 2015, sebagian besar umat islam di dunia merayakan hari raya yang sering juga disebut dengan lebaran haji, sedangkan sebagian lainnya sudah merayakan kemarin. Gema takbir berkumandang dari masjid-masjid dan mushola sejak malam harinya. Membuat suasana Idul Adha semakin terasa.

Sudah sama-sama kita ketahui bahwa Idul Adha ini selalu kita jumpai setiap tahun. Hari raya umat islam yang jatuh pada tanggal 10 Dzulhijah ini merupakan pertanda bahwa puncak ibadah haji telah usai. Bagi orang yang melaksanakan ibadah haji, barangkali Idul Adha menjadi terasa sangat bermakna baginya. Namun, bagi yang tidak sedang atau belum berhaji, apakah dapat pula merasakan makna atau mengambil hikmah dari Idul Adha ini?

Anda tentu menjawab "Iya". Sudah sejak kita bersekolah di SD, guru agama atau ustadz-ustadz saat berkutbah selalu mengatakan bahwa Idul Adha ini merupakan momen yang paling tepat untuk menumbuhkembangkan semangat berkorban dan melatih keikhlasan dalam diri seorang muslim, untuk meraih ketaqwaan kepada Allah SWT.

Makna tersebut merupakan interpretasi dari kisah Nabi Ibrahim yang bersedia ikhlas menjalankan perintah Allah untuk menyembelih anak yang paling dicintainya, Ismail. Berkat keikhlasan dan kepasrahan Ibrahim menjalankan perintahNya ini, Allah menggantikan Ismail dengan seekor domba saat hendak disembelih. Wal hasil, Ibrahim meraih kemenangan, yaitu lulus dari ujian Allah dan anak yang dicintainya masih tetap hidup. Ini merupakan hadiah yang tak terkira nilainya bagi Ibrahim.

Nah, menggarisbawahi makna Idul Adha yang disampaikan oleh para guru atau kiyai2 kita tersebut, muncul pertanyaan dalam benak saya, apa wujud nyata bahwa kita telah memiliki keikhlasan dan jiwa rela berkorban? Telah berulang kali kita melaksanakan Shalat Idul Adha dan barangkali telah berkali-kali pula Anda turut berkurban pada hari raya ini. Mestinya, pemaknaan akan Idul Adha ini telah melekat di hati.

Menurut saya, hal terpenting yang harus kita miliki sebagai wujud pemaknaan terhadap Hari Raya Kurban (Idul Adha) ini adalah adanya keikhlasan dan semangat rela berkorban untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Apa wujud nyata rela berkorban yang dimaksud?

Pertama, rela berkorban waktu untuk belajar. Menjadi pribadi yang lebih baik itu perlu latihan. Nah, untuk latihan perlu ilmu. Dan untuk mendapatkan ilmu perlu belajar. Jadi, sempatkan diri, alokasikan waktu kita (bukan menyisihkan waktu kita ya...) untuk belajar, menambah ilmu.

Kedua, rela berkorban energi/tenaga untuk belajar. Kadang kita sering merasa kelelahan dengan ektivitas rutin sehari-hari, baik itu bekerja atau kuliah. Nah, jangan pelit2 terhadap diri sendiri, sediakan energi untuk menambah ilmu yang dapat meningkatkan kebaikan diri kita. Jangan habiskan energi kita untuk hal-hal yang tidak membuat kita menjadi lebih baik.

Ketiga, rela berkorban biaya untuk belajar. Kadang, belajar itu ada yang tidak gratis. Kalo mau gratis, sekolah SD saja lagi, biayanya ditanggung pemerintah. Hehehe. Itupun tidak semua sekolah SD, masih banyak SD yang berbayar mahal.

Maksudnya, sumber belajar itu bervariasi. Dapat melalui membaca buku, mengikuti kajian-kajian, mengikuti seminar atau pelatihan, diskusi dengan teman, belajar dari kehidupan orang lain, dan sebagainya. Nah, dari variasi sumber2 belajar tersebut tentu terkadang ada yang bisa kita dapatkan dengan cara membayar, seperti membeli buku, membayar biaya seminar atau pelatihan, dll. Jangan pelit-pelit mengeluarkan uang sendiri untuk mengembangkan potensi diri dan memperbaiki diri.

Keempat, rela menahan diri dari dorongan ego. Ya, manusia memang memiliki sifat dasar cenderung egois atau memperturutkan kehendak diri. Nah, demi menjadi pribadi yang lebih baik, sebaiknya kita ikhlas berdiam saat belum waktunya kita menunjukkan aksi kita. Amati   lingkungan sekitar kita, apakah ada yang perlu kita teladani atau tidak. Jika, kita bisa mendapatkan pelajaran gratis melalui interaksi dengan orang2 di sekeliling kita, tentu ini sangat menguntungkan kita. Meskipun terkadang, pelajaran yang kita peroleh melalui orang2 di sekeliling kita ini dapat berupa kejadian atau sikap-sikap yang kurang menyenangkan hati kita. Maka, tahan diri saja. Tetap diam dan pelajari. Suatu saat, Insyaallah kita akan menang.

Demikianlah wujud kongkrit keihlasan dan rela berkorban yang dapat kita latih sebagai bentuk pemaknaan kita terhadap hari raya Idul Adha. Dalam prakteknya, barangkali ini membutuhkan keprihatinan dan kesabaran. Bahkan, terkadang perlu cucuran keringat dan air mata. Namun, tak mengapa. Terus saja kita latih keikhlasan dan kekuatan kita. Smoga hadiah indah dari Allah sebagaimana yang telah Allah berikan kepada Ibrahim berkat keikhalasan dan kepasrahannya kepada Allah juga dapat kita terima. Mari berlatih, kawan. Selamat Hari Raya Idul Adha . (Tuanputrie).