Tuesday, July 7, 2015

Riang dan Kehilangan

Saat ini aku sedang duduk santai di dalam Damri Royal Class menuju Soekarno Hatta. Hatiku riang tak terperi, membayangkan betapa senangnya berkumpul dengan keluarga. Bertemu ibu, adik, keponakan, dan kakak. Beginilah serunya jadi perantau. Pulang kampung menjadi sarana meng-upgrade semangat.

Hari ini adalah hari ke-20 ramadhan. Saatnya nanti malam orang mulai ber i'tikaf. Aku senang akan bertemu keluarga, namun di satu sisi ada yang terasa hilang. Selama ramadhan ini aku sangat menikmati shalat tarawih di masjid alumni. Di sinilah aku menemukan tempat yang paling pas untuk beristirahat dalam ibadah. Suasananya tenang, imamnya bagus bacaan alqur'annya, masjidnya bersih, dan nyaman. Kalau mau fokus beribadah, membaca atau mempelajari alqur'an, membaca buku, dan mengkaji ilmu, masjid ini adalah tempat yang sangat tepat. Inilah yang membuatku sedikit kehilangan, ya aku kehilangan nikmatnya berbuka puasa, berdoa, shalat, mengaji, dan bertemu teman-teman di masjid ini.

Beberapa waktu terakhir, aku sering berbuka puasa di masjid ini. Dengan membeli makanan di Botani Square, aku makan bersama teman di masjid ini selepas shalat magrib. Ada kalanya juga aku makan bersama teman tersebut di Botani Square selepas shalat magrib. Kami janjian sejak sore di masjid tersebut. Ngabuburit di masjid yg di sampingnya Mall. Jadi, tetap bisa menikmati buka bersama di Mall tanpa mengurangi kualitas sholat magrib dan isya+tarawih berjamaah. Kemarin, aku berencana untuk menikmati momen terakhir di masjid tersebut bersama temanku biasanya, sebelum pulkam dengan membawa makanan hasil masakan sendiri. Sepulang dari kampus dan menelpon ibu, aku buru-buru memasak. Segera kumasukkan ke tempat makanan, dan aku bersiap-siap.

Namun ternyata, Allah tidak mengizinkan aku ke masjid! Hiks, aku sedih. Dan agak kecewa! Kenapa, kenapa, kenapa Allah tidak mengizinkanku berpuasa di saat aku sedang semangat2nya memperbaiki ibadahku di ramadhan ini?? Apakah Allah tidak suka aku menjadi lebih baik ibadahnya dan dirinya?
Dengan kecewa, aku batalkan janjiku ke masjid melalu Line ke temanku.

Belum yakin aku dengan datangnya larangan berpuasa bagi para wanita ini, aku tetap menunggu waktu azan magrib untuk membatalkan puasaku. Padahal, aku sangatlah lemas hari itu. Sahur hanya minum air putih saja. Saking sedang semangatnya berpuasa dengan segala kelengkapan ibadahnya, aku tahan diri untuk berbuka walaupun sudah tidak terhitung puasa. Aku merasa cukup keras kepala!

Untuk meyakinkan diri bahwa dalam kondisi tidak berpuasapun aku masih tetap punya hak beribadah sebagaimana orang lain yg berpuasa, aku tanya ke mbah gugel. Selama ini aku tau, tapi tak yakin. Bahkan tak tau dalilnya. Dan alhamdulillah, aku menemukan rujukan yang melegakan hatiku.

Dari 'Aisyah radliallahu 'anha bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah menemuinya ketika berada di Sarif sebelum masuk ke Makkah, beliau mendapatinya sedang menangis karena datang bulan, lalu beliau bertanya: "Kenapa, apakah kamu sedang haidh?" 'Aisyah menjawab; "Ya." Beliau bersabda: "Sesungguhnya hal ini telah di tetapkan Allah atas wanita-wanita anak Adam, lakukanlah apa yang biasa di kerjakan dalam berhaji, namun kamu jangan thawaf di Ka'bah." (H.R. Bukhari)

Dalam artikel yang ku baca, bahwa sikap utama bagi wanita yang sedang haid di bulan ramadhan adalah ridha. Karena, seorang hamba yang beriman tidak boleh bersikap kepada Tuhannya selain ridha dengan ketentuanNya (suara-islam.com).

Nah, mau ga mau aku harus ridha dengan tidak diizinkannya berpuasa ini.  Akhirnya aku menikmati sore di rumah saja dengan menonton Jelang Beduk di TVRI.

Setelah aku berfikir, Allah memang adil. Dia tau aku belum beres2 untuk pulkam hari ini. Makanya, tidak diizinkan  ke masjid malam tadi adalah suatu kesempatan yang baik bagiku untuk berkemas-kemas. Dan alhamdulillah, malam tadi sebelum tidur semuanya sudah beres dan kamar sudah rapi. Aku membayangkan, jika aku malam tadi ke masjid, tentu sepulang tarawih aku sudah lelah. Bisa jadi beres-beresnya baru pagi hari. Tentu, aku akan tergesa-gesa.

Selain itu, aku juga berfikir, hikmahnya aku tidak diizinkan berpuasa sekarang adalah, waktu yang seharusnya kugunakan untuk shalat tarawih, aku bisa alihkan untuk latihan yang lainnya.Kemudian, hikmah lainnya aku bisa lebih fresh saat di perjalanan pulkam dan semoga bisa ikut shalat idul fitri.

Memikirkan banyak hikmah dibalik semua ini, aku merasa tenang dan sangat bersyukur. Alhamdulillah...alhamdulillah... Tak ada yang buruk atas kehendak Allah pada kita, semuanya baik adanya. Baik itu yang menyenangkan ataupun yang tidak menyenangkan kita. Hanya saja, pandai-pandailah kita membaca dan menganalisa, apa maksud Allah atas semua yang terjadi pada kita.

Selamat beri'tikaf teman-teman. Semoga Allah memaafkan kesalahan kita dan memberikan jalan yang indah menuju kebahagiaan yang sempurna di alam yang berbeda nanti. Bagi yang sedang berjuang menyelesaikan tesis, selamat beri'tikaf bersama Allah, alqur'an, laptop, buku-buku, kertas, dan pembimbing (bagi yang pembimbingnya belum mudik).


Hemm.. udah jam 11.50, alhamdulillah sampe bandara..
:)