Saturday, April 4, 2015

Pelatihan Reportase FLP Bogor

Pada hari libur nasional Jum'at, 3 April 2015 lalu, Forum Lingkar Pena (FLP) Bogor menggelar pelatihan reportase untuk para anggota. Pelatihan diadakan di pelataran GWW Kampus IPB Dramaga Bogor dari pukul 9.00 sampai 11.30.

Pelatihan ini diikuti oleh 13 orang dengan narasumber dari FLP Wilayah Jakarta Raya, Reno. Pelatihan tersebut dilakukan secara santai. Peserta begitu antusias mengikutinya. Reno menjelaskan bahwa reportase adalah sesuatu yang diperoleh dari tempat lain, kemudian dibawa pulang dan di publikasikan. "Apapun itu, yang di bawa pulang dari tempat lain lalu dipublikasikan namanya reportase." Kata Reno. 

Mendengar penjelasan seperti ini banyak peserta yang kemudian berkelakar. "Makanan bisa menjadi reportase juga, berarti ya?" kata Abe, salah satu peserta.

"Ya, asal dipublikasikan" jawab Reno sambil tertawa.

Kemudian, dengan serius Reno menambahkan bahwa yang dimaksud reportase itu adalah meliputi kegiatan pengumpulan data hingga tulisan yang ingin dipublikasikan telah selesai. 

"Secara umum ada dua tahapan dalam reportase, yaitu pertama, menentukan tema; kedua, proses reportase itu sendiri. Proses reportase sendiri dimulai dari pengumpulan data hingga tulisan siap dipublikasikan" terang Reno.

Jenis-jenis berita juga menjadi pembahasan yang menarik pada kegiatan tersebut. Reno menjelaskan bahwa, berita secara umum terbagi menjadi dua, yaitu hard news dan soft news. Hardnews bersifat cepat, singkat, dan mudah basi. Biasanya ini dimuat di media-media online. Sedangkan softnews tidak gampang basi, bisa disajikan kapanpun yang waktunya lebih bebas, bentuknya dapat berupa features atau laporan perjalanan.

Menjawab keingintahuan peserta mengenai cara membuat berita, Reno selanjutnya menjelaskan unsur-unsur berita, yaitu 5W+1H (What, When, Where, Who, Why, dan How). 

Lebih menarik lagi, Reno menekankan pentingnya narasumber dalam sebuah berita. Narasumber ini diperlukan untuk menjadi referensi sehingga berita yang disajikan dapat dipercaya. Terlebih lagi untuk softnews, Reno menyampaikan bahwa Narasumber haruslah orang yang berkompeten dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terkait dengan tema berita, misalnya para pakar atau tenaga ahli. Narasumber ini tidaklah cukup hanya satu, terlebih jika berita yang ingin disajikan merupakan permasalahan yang kompleks. 

Reno memberikan contoh seperti ini, "Misalnya berita tentang batu akik. Kita memerlukan narasumber dari orang yg ahli tentang perbatuan; pakar ekonomi, untuk menggali aspek ekonomi dari batu akik ini; dan para penggila batu akik, untuk mendapatkan tanggapannya terhadap batu akik tersebut. Atau mungkin saja kita menambahkan narasumber yang lainnya, asalkan masih terkait dengan batu akik"

Lebih lanjut Reno menyampaikan bahwa, dalam rangka memperoleh informasi dari para narasumber, tak jarang para wartawan mendapatkan tantangan yang beragam. Oleh karena itu, diperlukan beberapa strategi sebagai berikut :

Pertama, persiapan yang matang sebelum melakukan wawancara.

"Harus punya bekal apa-apa yang akan ditanyakan saat wawancara, dan jangan menanyakan sesuatu yang bersifat umum, yang sebenarnya kita sendiri telah tahu jawabannya" begitu kata Reno.

Selanjutnya, dia menekankan pentingnya membuat TOR yang matang dan spesifik, serta pentingnya menguasai data awal.

Kedua, menaati aturan narasumber. 

"Narasumber bagi seorang jurnalis adalah aset, jadi harus bisa menempatkan diri, mengikuti jadwal yang diberikan untuk dapat bertemu" jelas Reno.

Ketiga, mengetahui karakter narasumber.

Reno menjelaskan begini, "seorang jurnalis hendaknya mengetahui sifat dasar dari narasumber. Informasi ini dapat diperoleh dari orang terdekatnya atau dari berita-berita yang sering muncul terkait dengan dirinya, apabila sang narasumber adalah seorang tokoh atau public figur." 

Kemudian dia menambahkan, "agar memudahkan memahami karakter narasumber, hendaknya seorang jurnalis memahami ilmu psikologi."

Keempat, hindari perdebatan dengan narasumber.

"Saat melakukan wawancara dengan narasumber, mungkin saja kita terjebak dalam suasana mendebat narasumber. Nah, bila hal ini terjadi, seorang jurnalis harus pandai menyampaikan kata-kata yang halus dan diplomatis, misalnya dengan membenturkan pendapat narasumber dengan berbagai teori yang ada atau para ahli yang lain. Seperti, 'Bukankah itu akan berdampak seperti ini..bla..bla..bla..dst' atau 'tapi menurut pakar ini...bla..bla..bla.. dst'" begitu penjelasan Reno.

Setelah selesai sesi penyampaian materi, dilanjutkan dengan tanya jawab. Banyak peserta yang bertanya dan diskusi berlangsung seru.

Di akhir sesi, Reno menambahkan tentang teknik-teknik menyiasati berita apabila data yang diperoleh tidak cukup sedangkan space untuk menampilkan berita masih tersedia. Salah satunya adalah dengan menambahkan data-data yang bersifat umum. 

 Reno memberi contoh, "Misalnya, undang-undang yang terkait dengan kasus yang diberitakan."  

Peserta merasakan puas atas kegiatan ini. Mayoritas dari mereka menyampaikan bahwa kegiatan ini sangat membuka wawasannya tentang reportase.

"Ini sangat bermanfaat buat saya, baru kali ini saya mengetahui cara membuat berita." kata salah satu peserta, Novita.
(Tuanputrie).

No comments:

Post a Comment