Friday, March 13, 2015

Bias Hati

Dalam statistika dikenal istilah bias, khususnya pada pendugaan parameter. Bias adalah selisih antara nilai harapan dari penduga dengan parameter yang diduga. Nilai harapan merupakan rata-rata penduga dari keseluruhan sampel yang mungkin diambil dari populasi. Penduga yang baik adalah penduga yang tidak bias, yaitu apabila nilai harapan sama dengan parameter yang diduga.

Nilai harapan dapat lebih besar dari parameter ataupun lebih kecil. Jika nilai harapan lebih besar dari parameter maka penduga tersebut disebut bias ke atas, sedangkan jika nilai harapan lebih kecil dari parameter yang diduga maka disebut bias ke bawah. 

Jika suatu penduga mengalami bias, maka sederhananya, dapat diatasi dengan cara melakukan koreksi, asalkan sumber biasnya dapat diketahui. Misalnya, ragam populasi diduga oleh ragam sampel. Anda ingat rumus ragam populasi dan ragam sampel? Kalau lupa, silakan buka buku Metode Statistika terlebih dahulu. Di sana akan Anda jumpai rumus ragam populasi itu pembaginya adalah N (ukuran populasi), sedangkan ragam sampel pembaginya adalah n-1, dimana n adalah ukuran sampel. Nah, kenapa harus di kurang 1 dalam rumus ragam sampel ini? Jawabannya adalah supaya tidak bias. Kalau rumus ragam sampel hanya di bagi dengan n saja, maka ragam sampel merupakan penduga yang bias bagi ragam populasi. Setelah dikurangi dengan 1, maka menjadi tidak bias. Inilah yang dinamakan koreksi dalam mengatasi bias.

Tak hanya dalam dunia statistika, konsep bias inipun ada dalam kehidupan manusia. Namanya BIAS HATI. Ya tentu, sebagaimana definisi bias dalam statistika, bias hati inipun terkait dengan harapan atau ekspektasi.  Apa maksudnya?

Karena bukan seorang malaikat, manusia tentu memiliki harapan terhadap sesuatu, bukan? Apalagi mahasiswa, harapannya begitu besar. Misalnya, pada suatu ujian, Anda berharap mendapat nilai 80. Nah, jika kenyataannya setelah hasil ujian dibagikan Anda mendapat nilai 90, tentu Anda akan girang bukan main. Ini namanya bias ke atas. Kenyataan lebih baik dari harapan. Namun, jika ternyata nilai ujian Anda adalah 50, kemungkinan besar Anda akan merasa sedih. Bahkan, bisa-bisa Anda berhenti makan atau ngomong selama seminggu. Anda kecewa namanya. Ini adalah bias ke bawah. Kenyataan lebih buruk dari harapan.

Contoh lain misalnya, anda memiliki janji dengan teman Anda untuk pergi ke suatu tempat. Jika pada waktunya, teman Anda membatalkan janji tanpa konfirmasi. Dia tidak datang, sementara Anda sudah datang ke tempat janjian. Bagaimana perasaan Anda? Kecewa pastinya, kan?! Dalam kondisi seperti ini namanya Anda sedang mengalami bias ke bawah.  

Kalau bias ke atas yang Anda alami, alias kenyataan lebih baik daripada harapan, ini sepertinya bukanlah suatu masalah bagi Anda. Justru ini bagaikan suatu hadiah atau rejeki nomplok. Sebagian besar dari kita akan merasa senang ketika mengalami hal seperti ini.

Benarkah seharusnya demikian? Eits, tunggu dulu.., belum tentu hal ini tidak menimbulkan masalah. Hati-hati, terkadang karena gembiranya orang menjadi lupa diri. Kalau tidak segera disadari ini dapat memicu munculnya kesombongan. 

Misalnya saja, saat akan ujian Anda tidak begitu  memiliki persiapan. Sehingga, dengan kesadaran akan kualitas kesiapan Anda, Anda hanya berharap mendapat nilai 60. Namun kenyataannya Anda mendapat nilai 85 misalnya. Jujur, Anda merasa senang, kan? Nah, saat merasa senang, hendaklah berhati-hati. Dapat saja Anda dipengaruhi oleh syetan agar perasaan senang Anda memicu Anda untuk berfikir, “Gua kagak belajar aja bisa dapet nilai 85 cuy..., ga kayak elu, belajar ampe teler juga nilainya segitu gitu doank”. Teman, ini sombong namanya! Hati-hati! Kondisi seperti ini kurang baik bagi Anda dan juga kawan-kawan Anda.

Demikianlah ilustrasi untuk bias hati yang pertama, yaitu bias ke atas.

Lantas, bagaimana jika Anda mengalami bias yang kedua yaitu bias ke bawah, alias KECEWA? Ini dapat menjadi masalah besar bagi Anda. Bahkan banyak orang yang jiwanya terganggu akibat kecewa yang sudah sangat mendalam. Jadi, apa solusinya?

Sebagaimana bias dalam pendugaan parameter yang dapat diatasi dengan cara koreksi, KECEWA dalam kehidupan juga dapat dilakukan dengan koreksi alias introspeksi diri. Cari tahu apa sumber kekecewaan itu. Apakah harapan yang terlalu besar sementara kondisi tak mendukung, atau hati Anda yang tidak siap dengan berbagai kondisi yang mungkin terjadi dalam hidup Anda? Anda mesti cerdas dalam menemukan faktor penyebab kecewa Anda.

Memang, kecewa muncul akibat tidak sesuainya kenyataan dengan harapan. Sementara, kenyataan adalah kondisi yang terjadinya bukan semata-mata dikendalikan oleh diri kita. Ada faktor eksternal yang bisa jadi justru dominan sebagai penentu terjadinya suatu kenyataan. 

Nah, karena itulah, apakah tepat jika Anda mencari sumber kekecewaan dari faktor eksternal? Akan lebih bijak jika kita introspeksi diri, kan? Menyiapkan diri sebaik mungkin agar apapapun kenyataan yang terjadi, kita siap menghadapinya. Silakan saja Anda memiliki harapan, karena setiap waktu adalah harapan. Dan, biarkan saja misalnya bias ke bawah itu harus terjadi pada diri Anda. Namun, Anda jangan sampai kalah dengan kondisi ini. 

Saat mengalami bias ke bawah (kecewa) segera sadari, bahwa ini adalah energi negatif. Segera koreksi! Segera ubah keadaan ini supaya tidak terjadi bias lagi!  Begitu pula jika Anda mengalami bias ke atas, segera sadari, jangan sampai memicu lahirnya kesombongan atau energi-energi negatif lainnya. 

Sebagaimana ragam sampel yang saat formulanya hanya dibagi n akan menjadi bias untuk menduga ragam populasi, segera setelah dikoreksi dengan 1, atau pembaginya menjadi n-1 maka menjadi tidak bias lagi. Begitupun dengan Anda semestinya. Segera lakukan sesuatu agar kondisi hati Anda tidak bias lagi terhadap kenyataan apapun yang terjadi dalam hidup Anda. 

Hidup ini tidaklah konstan dan tidak pasti. So, mungkin saja bias ke atas atau bias ke bawah itu akan terjadi dalam hidup Anda silih berganti. Oleh karenanya, mari kita memperkuat persiapan diri dalam menghadapinya. 

Mengenai harapan, akan lebih baik jika Anda memiliki harapan yang tidak terlalu besar terhadap manusia. Berharaplah hanya kepada Tuhan yang Maha segala-galanya. Insyallah tidak akan terjadi bias pada hati Anda. Sebagaimana firman Allah dalam surat Al-Insyirah ayat 8 yang berbunyi “dan hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap” Mari kita serius melatih diri untuk dapat mengatasi BIAS HATI :)


No comments:

Post a Comment